Kamis, 31 Juli 2014

Piping: FW dan FFW

Kali ini pengen sharing tentang piping lagi, temanya pekerjaan welding (pengelasan) di piping.

Umumnya jenis pengelasan berdasarkan lokasi yang sering ditemui di piping ada 4, bisa dikategorikan sebagai berikut:
  1. Shop Weld, sering disingkat SW: pengelasan yang dilakukan di piping workshop.
  2. Field Weld, sering disingkat FW: pengelasan yang dilakukan di erection area, biasanya untuk area connecting antar spool.
  3. Field Fit Weld, sering disingkat FFW: pada dasarnya adalah field weld, tetapi karena piping designer ragu/meramalkan perlunya site adjustment (karena banyak faktor) maka ditambahkan extra length pipa pada joint ini.
  4. Attachment Weld: pengelasan yang ditemui pada fitting/component yang "menempel" ke main pipes. contohnya pada pipes support jenis shoe atau reinforcing pad.
Seperti yang pernah ditulis sebelumnya, issuance dari piping shop drawing berawal dari pekerjaan design yang menghasilkan 3D Model, kemudian diextract menjadi Isometric Drawing, dari Iso Dwg ini baru didetailing menjadi piping shop drawing. 

Pengelompokan apakah sebuah weld joint termasuk kategori SW/FW/FFW dilakukan saat detailing. Jadi nanti saat piping shop drawing diissued ke production semua informasi ini telah tercantum di dalam gambar dan Production/Construction akan mudah melakukan fabrikasi.

Kembali ke judul, FW vs FFW, yang membedakan antara dua weldingan ini adalah adanya extra length yang diberikan pada pipe cut length next to ke joint tersebut. Extra length ini nantinya akan dipotong kembali sesuai hasil site adjusment pada saat pemasangan pipa di field. Panjang extra length biasanya bervariasi, masing-masing project mempunyai rules of thumb untuk ini. 

Kriteria yang biasanya dipakai dalam penentuan FW/FFW:
  • Space constraint, berapa besar kapasitas angkat dan angkut yang kita punya, space yang tersedia untuk akses pengecatan dan pemasangan, kapasitas crane yang kita miliki dll.
  • Penetration point, penentuan FW/FFW harus mempertimbangkan bahwa spool pipa dapat dipasang melewati penetration baik itu di deck ataupun di bulkhead.
  • Working access, hindari memilih FW untuk joint2 yang membutuhkan akses ekstra saat melakukan pengelasan di field. Contoh, hindari FW dalam posisi below deck karena mungkin akan membutuhkan bantuan scaffolding saat pengelasan nanti.
  • 3 Axis uncertainty, sebisa mungkin kita meminimalisir jumlah FFW karena pengerjaan akan lebih rumit dilapangan. Contoh kasus: Kita punya 25m pipa lurus ke satu arah, maka kita cuma butuh 1 FFW dan sisanya FW karena kemungkinan terjadi short atau overlength cuma dalam satu axis saja. Ketika kita mempunyai pipa yang routingnya ke 3 arah sumbu, kita harus meminimalisir jumlah FFW tapi tetap mengakomodir kemungkinan short untuk masing2 sumbu/axis.
  • Pertimbangan lain. Banyak pertimbangan lain yang digunakan dalam penentuan FW contohnya: posisi pengelasan horizontal lebih disarankan dibandingkan vertical. Hindari pengelasan overhead dll.
Sekian dulu corat coretnya. Monggo kalau ada yang ingin sharing atau mengkoreksi.    

    

1 komentar: